INILAH YANG
DIPERLIHATKANNYA KEPADAKU:TAMPAK TUHAN BERDIRI DEKAT SEBUAH TEMBOK YANG TEGAK
LURUS, DAN DITANGAN-NYA ADA TALI SIPAT. LALU BERFIRMANLAH TUHAN
KEPADAKU: ”APAKAH YANG KAU LIHAT,AMOS?”JAWABKU: “TALI SIPAT!”BERFIRMANLAH
TUHAN: “SESUNGGUHNYA, AKU AKAN
MENARUH TALI SIPAT DI TENGAH-TENGAH UMAT-KU ISRAEL:AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANNYA
LAGI.
(AMOS 7:7-8)
Allah
memerlukan pendapat Amos walaupun dia hanya seorang awam, seorang peternak
domba dari desa Tekoa kira-kira 9
kilometer dari Bethlehem.Dia bukan
lulusan satu perguruan tinggi dan
dia bukan seorang Pelayan Tuhan yang
profesional.Dia hidup 750 tahun sebelum masehi dan bukan peternak kaya, dia
mencari buah sycamore untuk menambah makanannya, hanya orang miskin memakan
buah ini,dia tidak sanggup untuk buah jeruk. Namun Allah memerlukan
pendapatnya.Apa yang dilihat oleh Amos ,teramat penting bagi Allah. Allah
memilih sendiri siapa yang menjadi temannya berbicara dan berunding…. Si Amos
si orang awam. Allah memerlukan pendapat pendapat pribadi dari si orang awam
ini :” apa yang kau lihat ?” Allah ingin
tahu apa pendapat seorang awam pada zaman itu.
Tidak
senantiasa Allah membutuhkan pendapat professional .Begitu sering kita terjebak
dalam ranking ciptaan kita sehingga kita hanya menghormati pendapat yang kita
anggap berbobot untuk kita dengarkan.Allah menghormati pendapat orang awam,
orang rata-rata.Mereka mempunyai pendapat yang bagus. Mereka mempunyai nilai
yang jujur dan polos. Allah perlu tahu bagaimanakah
sesuatu itu dilihat oleh orang biasa atau awam?.
Amos tahun
750 sebelum masehi , adalah representasi
pekerja biasa, warganegara yang melakukan pekerja harian. Dia bukan pengurus partai dan tidak mempunyai
koneksi orang dalam. Tidak ada yang memilih dia untuk ikut dalam panitia pekerja sosial apalagi
menjadi orang yang dituakan dalam masyarakat ,seperti menjadi anggota “badan legislatip”yang terhormat. Namun
Allah memerlukan tafsiran atau pendapatnya---“Amos,apakah yang kau lihat ?”.”siapapun
saya” saya mempunyai pendapat. Bahwa seorang awam dapat melihat lebih jelas ,dan merasa lebih peka dari Amazia seorang “Imam di
Betel” atau Yerobeam raja Israel
yang memerintah pada zaman Amos. Baik Raja Israel maupun Imam Amazia
tidak melihat bahwa Negerinya sedang dalam keadaan yang sangat gawat dan
diambang kehancuran karena akan mendapat “penghukuman Allah” atas dosa-dosa
negeri tersebut. Allah bertanya kepada
si awam Amos “apakah yang kau lihat?”Akankah Amos menjawab dengan jujur
dan seadanya ? atau akankah dia akan menjawab bahwa negerinya itu adalah : ”negeri yang kaya,penuh dengan kebudayaan
yang baik,memiliki sistem imamat dan
keagamaan yang baik ,diorganisir dengan rapi agar jawabannya lebih impressip. Itulah soalnya.Orang seperti
Amos akan melihat negerinya tersebut apa adanya. Negerinya telah runtuh dalam
segala hal, dia melihatnya demikian.
Bila
seorang awam seperti amos tidak perduli
lagi tentang bagaimana sebenarnya negerinya tersebut,bila dia tidak mempunyai
pendapat lagi, bila dia telah buta tentang erosi di negerinya itu, maka
situasi tidak akan tertolong lagi.Negeri itu tidak akan dapat diselamatkan
lagi.
Bila“Orang
biasa” masih merasakan dan melihat,maka akan senantiasa ada kesempatan untuk “koreksi dan pembaharuan” Keberanian dan
kepolosan haruslah di dalam warganegara yang setiap saat sedia berbicara dengan
“lugu”nya. Inilah maksud utama dari
“pendekatan Allah” kepada Amos gembala dari Tekoa ini. Hal utama yang harus
ditentukan di dalam satu negeri adalah:
apakah persepsi dari warganegaranya jelas,benar dan tidak berubah?.Apakah
pendapatnya tentang kehidupan nasionalnya hari ini.Apakah dia akan menempatkan kenyamanan/keamanan lebih dulu dari
kesadarannya akan negeri itu? Sebagaimana halnya amos, Allah ingin
tahu apa pendapatmu tentang negerimu.
Kita tidak boleh bersembunyi dibalik Poll pendapat atau jajak pendapat via
telepon yang disiarkan melalui acara TV,pun kita tidak ditanya tentang
bagaimana pendapat “ majalah Time” atau majalah “gatra” tentang negeri
ini,bukan pula pendapat para pendeta atau tokoh-tokoh agama,politikus atau para
ahli, tetapi pendapat setiap orang:”apa yang kau lihat?” Ini perlu agar kita
dapat berdoa dengan tulus kepada Allah untuk negeri dimana kita ditempatkan
oleh Allah.
Bagi mereka
yang merasa lebih professional untuk memberikan pendapat tentang negeri ini,
itupun harus dihormati, tetapi pendapat orang awam yang hidupnya sekedar
rata-rata,juga harus didengar dan dihormati.Ada nuansa kejujuran, keterbukaan
bahkan “sense of belonging” dari mereka yang awam.Mereka juga dapat dan boleh berpendapat,” they are of their opinion”.
Apa yang kita
lihat akan mengungkapkan siapa atau apa kita secara batiniah.Ini adalah salah
satu kebenaran prinsip Psykologi . Kita melihat apa yang kita cari. Apa yang
kita observasi dan artikan adalah cermin dari siapa kita
sebenarnya. Itulah ungkapan dari kasih, keinginan,ketakutan atau keyakinan
kita. Dengan kata lain kita berhak untuk melihat negeri kita ini dari kacamata
pribadi kita sendiri. Dan bila kita sudah sampai kepada jawabannya dari “apa
yang kita lihat?”. Maka kita akan berusaha untuk menolongnya, membangunnya
kembali,menghargai hukum-hukumya dan mendoakannya dengan sunguh-sungguh agar
Tuhan kembali memberkati Negeri kita tercinta ini.
Tuhan Memberkati. Haleluya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar